Pada 1 Februari 2025, militer Amerika Serikat (AS) melancarkan serangan udara besar-besaran terhadap kelompok ISIS di Somalia, tepatnya di pegunungan Golis, wilayah Puntland, bagian utara negara tersebut. Serangan ini menandai kembalinya AS ke kebijakan agresif dalam memerangi slot thailand terorisme internasional di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump. Operasi ini juga menjadi yang pertama sejak Trump kembali menjabat pada periode keduanya.
Latar Belakang ISIS di Somalia
ISIS-Somalia merupakan cabang dari kelompok teroris internasional yang terbentuk pada Oktober 2015 melalui perpecahan internal al-Shabaab, kelompok militan yang sebelumnya berafiliasi dengan al-Qaeda. Kelompok ini kemudian menyatakan kesetiaannya kepada ISIS dan berkembang di wilayah terpencil di Somalia utara, khususnya di pegunungan Golis dan daerah sekitar Bosaso di Puntland.
Tujuan dan Dampak Serangan
Menurut laporan resmi, serangan ini berhasil menewaskan beberapa anggota senior ISIS, termasuk seorang perencana serangan utama yang selama ini menjadi target utama intelijen AS . Pemerintah Puntland juga mengonfirmasi bahwa serangan tersebut menewaskan sedikitnya 46 anggota ISIS tanpa menimbulkan korban sipil.
Respons Pemerintah AS dan Somalia
Presiden Trump menegaskan bahwa serangan ini merupakan bagian dari komitmen AS untuk membasmi kelompok teroris yang mengancam keamanan global. Ia menekankan bahwa operasi ini dilakukan dengan presisi tinggi untuk meminimalkan korban sipil. Menteri Pertahanan AS, Pete Hegseth, menyatakan bahwa serangan tersebut dilaksanakan atas permintaan pemerintah Somalia dan bertujuan untuk melindungi warga Somalia serta kepentingan AS dan sekutunya .
Perbandingan dengan Kebijakan Sebelumnya
Namun, sejak Trump kembali menjabat, terdapat perubahan signifikan dengan meningkatnya jumlah serangan udara.
Tantangan dan Prospek Ke Depan
Ke depan, penting bagi AS dan pemerintah Somalia untuk terus meningkatkan kerja sama dalam hal intelijen dan operasi militer.